Rencana kenaikan bahan bakar premium yang mendesak, membuat mobil bermesin diesel semakin banyak diminati. Seperti juga Ertiga yang dikabarkan akan rilis pula varian dieselnya. Hanya karena persoalan kapasitas produksi Ertiga, membuat rilis varian diesel menjadi mundur.
Padahal di beberapa Negara tetangga, Ertiga diesel sudah dirilis dan cukup banyak peminatnya. Memang bila dibandingkan dengan varian bensin, varian diesel ini akan lebih irit bahan bakar. Hanya memang kendala suaranya yang bising, masih menjadi persoalan utama.
Perlu desain interior tersendiri agar mobil diesel terasa lebih nyaman. Di kelas low MPV sudah ada Chev. Spin yang sudah memiliki varian dieselnya. Memang masih belum begitu menarik banyak peminat bila dibandingkan dengan varian bensin.
Kendala utama kembali pada suaranya yang bising dan model desain yang tepat untuknya. Sebenarnya Ertiga sudah tidak masalah dengan hal ini, hanya persoalannya, saat ini Ertiga sedang ramai inden varian sporty. Bila varian diesel diluncurkan, ada kemungkinan akan mempengaruhi lamanya inden varian lainnya.
Padahal persoalan inden ini bisa menurunkan persaingan dengan mobil low MPV lainnya. Apalagi kompetisi di kelas low MPV ini sangat ketat. Lihat saja, Ertiga mengalaminya, bagaimana harus bersaing secara ketat dengan Xenia, saling salib menyalib. Meskipun pada akhirnya disalib oleh Mobilio.
Memang pasar low MPV ini masih sangat menjanjikan, meskipun sedikit tergerus oleh kehadiran mobil LCGC. Apalagi dengan rilisnya mobil LCGC isi 7 penumpang. Bisa jadi akan terjadi tarik-menarik peminat mobil yag semakin ketat, mungkin saja program bonus dan layanan purna jual akan menjadi penentu. Disamping tentunya kemampuan dan kualitas mobil menjadi tumpuannya.
Ertiga sebenarnya memiliki kesempatan dalam memperbaiki market sharenya di kelas low MPV, saat bisa membuntuti mobil Avanza. Namun diduga kemampuan produksi yang terbatas dan juga lamanya inden menjadi hal yang berakibat buruk bagi daya saing Ertiga. Bagaimanapun orang tidak mau berlama-lama menunggu mobil kesayangannya sampai di rumah.
Apalagi dengan adanya beragam varian, seperti rilisnya varian sporty yang cukup mendongkrak angka penjualan Ertiga di kelas low MPV dan kelas keseluruhan mobil Suzuki. Bisa jadi pabrikan Suzuki harus pintar-pintar dalam memutar otak, dan tidak mengandalkan pada inden semata. Selama ini memang bisa sedikit mendongkrak harga dan nama. Namun bila terlalu lama bisa berubah arah dan fatal bagi daya saing Ertiga.
Memang Ertiga harus banyak belajar dari pesaingnya dalam melihat pergerakan pasar mobil low MPV. Tidak selamanya kemunculan varian baru bisa mendongkrak angka penjualan, selama kapasitas produksinya masih terbatas. Justru menyimpan varian diesel ini di saat penjualan menurun bisa menjadi pendorong daya saing dalam memenangkan kompetisi di mobil low MPV.
