.

Kenapa Anak Terjebak dalam Tawuran?

7 Okt 2012


Banyak hal ternyata terjadi di luar kontrol orang tua dan sekolah, saat anak mereka terjebak dalam tradisi tawuran. Hal ini menjadi tradisi, karena tiap tahun tawuran terjadi, sedang orang tua dan sekolah tampaknya kewalahan mengatasinya. Seakan menjadi benang kusut yang semakin sulit diurai akar permasalahannya.

Ada banyak faktor yang membuat tradisi tawuran sulit diatasi. Mulai dari budaya senior-yunior, kesibukan orang tua, program ekstrakurikuler yang tidak menarik di sekolah, sampai menipisnya budaya "fair game" yang dimiliki anak-anak kita. Lalu kenapa anak-anak kita bisa terjebak dalam tradisi tawuran ini?, suatu kompetisi fisik tanpa wasit dan aturan. 

A. Sekolah memiliki peran mencegah budaya tawuran.

Dalam perkembangan peradapan manusia, kompetisi yang membuat manusia tumbuh dan berkembang. Dari jaman batu, tradisi perang antar suku sampai abad modern saat ini, manusia belajar merubah peperangan menjadi kompetisi yang "fair", seperti dalam olahraga, atau penghargaan atas penemuan ilmiah. Jika anak kita beradu fisik untuk menyelesaikan sebuah masalah atau suatu kompetisi antar sekolah, maka anak-anak kita telah kembali ke zaman primitif.

Disini harus ada langkah terencana dari orang tua dan sekolah serta para siswa merubah tradisi tawuran ini. Mereka harus bekerja sama menciptakan "fair game" pada anak-anak kita. Membuat budaya positif dalam menyelesaikan masalah diantara mereka, sekaligus membuat kompetisi antar sekolah yang sehat.

Sekolah dan orang tua harus sudah membuat wadah ekstrakurikuler yang menarik minat para siswa. Seperti futsal, atau olahraga populer lainnya, kemudian ciptakan kompetisi yang sehat. Kehadiran para siswa di kegiatan ekstrakurikuler ini, akan menghilangkan kegiatan membolos, jalan-jalan di tempat hiburan, playstation, warnet, saat mereka pulang sekolah. Karena kegiatan di luar sekolah inilah bisa memicu kompetisi fisik tanpa wasit dan aturan, yaitu tawuran.

B. Perlu kerjasama orang tua dan sekolah dalam mengatasi tawuran pelajar.

Sekolah dan orang tua juga harus mempersempit waktu yang ada antara pulang sekolah dan kehadiran anak di rumah. Anak tidak boleh di luar pengawasan orang tua maupun sekolah untuk jangka waktu yang lama. Membolos sering menjadi awal dari hilangnya pengawasan sekolah atas anak didiknya. Saat anak tidak "betah" di sekolah, mereka akan mengisi jalan raya dengan kegiatan yang negatif.

Bus sekolah mungkin sedikit membantu mempersempit waktu anak di luar pengawasan sekolah maupun orang tua. Namun tetap perlu langkah koordinatif antara sekolah dan orang tua mengatur waktu luang anak untuk kegiatan yang positif. Kita tetap tidak bisa membiarkan anak-anak kita tumbuh dalam bentrokan fisik tanpa wasit dan aturan. 
Sudah saatnya anak muda menyibukan diri dengan kegiatan yang positif. Menyiapkan diri untuk masa depan yang lebih baik, dengan belajar dan selal hadir dalam kegiatan sekolah. Mengesampingkan ide tawuran, dan mengutamakan penyelesaian masalah yang konstruktif. 
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
logo
Copyright © 2013. Infotipso - All Rights Reserved