Gambar kekerasan di film, televisi, games, bisa memicu anak bersikap agresif. Demikian sebuah riset yang dilakukan oleh International Society for Research on Aggression(IRSA), menyarankan orang tua agar lebih aktif berada di samping anak saat mereka menonton televisi, bermain games, baik di komputer maupun di playstation. Orang tua hendaknya tidak membiarkan anak terekspos langsung dari media tanpa penjelasan dari orang tua.
Lembaga riset ini menekankan, bahwa menonton media kekerasan akan memicu sikap agresif pada anak, baik secara verbal maupun fisik. Apapun media yang sedang ditonton, seperti film kartun, permainan games, acara di televisi, orang tua harus hadir untuk menjelaskan pada anak atau biarkan anak dengan permainan yang lain yang lebih edukatif. Beberapa games "action" memang sarat dengan kekerasan, seperti memukul, menembak, bisa menjadi pemicu pada anak untuk bersikap agresif ke orang lain atau teman bermainnya.
Orang tua hendaknya tidak menyerahkan semua konten dari acara televisi pada KPI untuk menyensornya. Tapi diharapkan orang tua memiliki waktu, selalu berada di samping anak saat mereka menikmati acara televisi. Kadang sikap agresif di televisipun bisa ditiru oleh anak, baik itu suatu ucapan maupun sikap yang kasar.
Beberapa games sebenarnya memiliki kelebihan dalam melatih anak dalam menyelesaikan suatu masalah, melatih kemampuan komunikasi, kerja secara tim, koordinasi reaksi, kecekatan, dan kemampuan untuk belajar. Sama seperti saat anak membaca buku akan memperoleh manfaat bagi kemampuan berpikirnya. Namun tetap harus ada cara meminimalisir efek samping dari konten media yang tidak mendidik tadi.
Saat liburan adalah saat dimana anak mulai menuntut apa yang sama dilakukan oleh teman-temannya. Seperti bermain games, baik di HP, laptop, maupun playstation. Disini peran orang tua untuk memulai menyeleksi games yang baik bagi anak. Beberapa games bisa melatih kecepatan anak dalam berkoordinasi, seperti membangun suatu blok, sepak bola, balap mobil, yang bisa orang tua coba dulu, sebelum anak memainkannya.
Sedang games yang memuat kekerasan harus dihindari, meskipun games tersebut setengah bertualang. Memang sebenarnya baik, namun konten kekerasan tidak baik bagi anak. Sampai anak mengerti maksud dari suatu permainan dalam games.
Anak biasanya akan meniru bintang atau jagoannya dalam games
tersebut. Siapa yang bisa mengontrol bahwa sang jagoan akan berkata baik-baik
saja atau berkata sopan. Dan akan lebih sulit lagi saat anak sudah meniru hal
buruk yang ada di games atau televisi tersebut. Ini akan menjadi pekerjaan
sulit bagi orang tua saat semuanya sudah terlanjur buruk pada anak.
Sebenarnya menghindarkan anak terekspos pada media kekerasan sama juga saat orang tua bertengkar tidak di depan anak. Karena semuanya sama akan berpengaruh pada emosi anak.